Blogroll

Rabu, 20 April 2022

Kecanduan Seks: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

 

Perilaku kecanduan seks merupakan suatu kondisi di mana seseorang tidak dapat mengelola perilaku seksualnya. Mereka terus berpikir soal seks dan hal tersebut mengganggu pekerjaan dan kegiatan sehari-hari.

Kecanduan seks tidak boleh disamakan dengan gangguan seperti pedofilia.ataupun kecanduan pornografi dan bukanlah gangguan psikologis yang bisa didiagnosis, karena memang masih belum bisa dibuktikan.

Bagi sebagian orang, kecanduan seks bisa sangat berbahaya dan mengakibatkan banyak kesulitan dalam hubungan. Seperti ketergantungan obat atau alkohol.

Kondisi ini berpotensi berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental seseorang, hubungan pribadi, kualitas hidup, dan keselamatan.

Melansir Psychiatric Clinics of North America, seseorang dengan kecanduan seks dapat secara signifikan mengubah hidup dan aktivitas mereka untuk melakukan tindakan seksual beberapa kali sehari dan dilaporkan tidak dapat mengendalikan perilaku mereka, meskipun konsekuensi negatif yang parah.

Lantas apa penyebab seseorang kecanduan seks? Dan bagaimana cara mengatasinya? Yuk simak penjelasannya.

Gejala Kecanduan Seks


Sampai saat ini banyak kontroversi tentang kriteria apa yang termasuk kecanduan seks.

Hal ini karena salah satu karakteristik mungkin kerahasiaan perilaku, di mana orang dengan gangguan menjadi terampil menyembunyikan perilaku mereka dan bahkan dapat merahasiakan kondisi dari pasangan dan anggota keluarga.

Mereka mungkin berbohong tentang kegiatan mereka atau terlibat di dalamnya pada waktu dan tempat di mana mereka tidak akan ketahuan.

Tapi terkadang gejalanya ada dan terlihat. Seseorang mungkin memiliki kecanduan seks jika mereka menunjukkan beberapa atau semua dari tanda-tanda berikut:

  • Pikiran dan fantasi seksual yang kronis dan obsesif.
  • Hubungan kompulsif dengan banyak pasangan, termasuk orang asing.
  • Berbohong untuk menutupi perilaku.
  • Keasyikan berhubungan seks, bahkan jika itu mengganggu kehidupan sehari-hari, produktivitas, kinerja, dan sebagainya.
  • Ketidakmampuan untuk menghentikan atau mengendalikan perilaku.
  • Menempatkan diri sendiri atau orang lain dalam bahaya karena perilaku seksual.
  • Merasa menyesal atau bersalah setelah berhubungan seks.
  • Mengalami konsekuensi pribadi atau profesional negatif lainnya.
  • Perilaku kompulsif dapat membuat hubungan tegang, misalnya, dengan stres perselingkuhan - meskipun beberapa orang mungkin mengklaim memiliki kecanduan seks sebagai cara untuk menjelaskan perselingkuhan dalam suatu hubungan.

Penyebab Kecanduan Seks


Kecanduan seksual, seperti kecanduan pornografi, dapat berkembang karena terdapat beberapa faktor-faktor yang mencakup semua aspek kehidupan, seperti:

1. Biologis

  • Gen

Mungkin saja memiliki kecenderungan genetik terhadap disregulasi emosional, impulsif, atau perilaku mencari sensasi.

Mungkin juga memiliki kecenderungan terhadap sifat-sifat lain yang umumnya dikaitkan dengan kecanduan seksual, seperti kecemasan atau depresi.

  • Hormon

Seperti yang diduga, kadar hormon seks yang lebih tinggi seperti testosteron atau estrogen dapat memengaruhi libido.

Jika cenderung berperilaku impulsif dan memiliki tingkat hormon yang berhubungan dengan seks, mungkin lebih mungkin untuk terlibat dalam aktivitas seksual yang berlebihan.

2. Psikologis

  • Pengaruh lingkungan

Faktor lingkungan kehidupan awal, termasuk kejadian buruk seperti pelecehan atau paparan konten seksual, dapat berkontribusi pada beberapa karakteristik mendasar yang mendorong perilaku hiperseksual.

  • Kesehatan mental

Kecemasan, depresi, gangguan kepribadian, kontrol impuls yang buruk, dan kecemasan kinerja mungkin merupakan masalah simultan yang dihadapi bersama dengan kecanduan seks.

Mereka yang telah didiagnosis dengan Gangguan Bipolar, atau memiliki kecenderungan ke arah keadaan "manik", jauh lebih mungkin untuk terlibat dalam perilaku seksual yang berlebihan atau berisiko.

3. Sosial

  • Penolakan

Penolakan dalam hubungan dan lingkaran sosial dapat mengarah pada cara lain yang kurang sehat untuk menemukan kepuasan seksual.

  • Isolasi sosial

Isolasi sosial tidak hanya meningkatkan kemungkinan seseorang mencari cara yang tidak pantas untuk mendapatkan kepuasan seksual, tetapi juga menyebabkan sejumlah masalah lain, seperti depresi dan penyakit fisik yang dapat berkontribusi pada kecanduan seks atau perilaku seks yang tidak sehat.

  • Pembelajaran sosial

Menyaksikan orang lain melakukan suatu perilaku, atau “menjadi model”, adalah salah satu cara untuk mempelajari sesuatu yang baru terutama ketika “menyukai” atau “mengidentifikasi” dengan orang itu.

Jadi memiliki teman, atau sekelompok teman, yang terlibat dalam aktivitas seksual berlebihan atau menonton film porno dapat memengaruhi dengan cara yang sangat halus, namun kuat.

Cara Mengatasi Kecanduan Seks


Janet Brito, PhD, LCSW, CST, seorang sex therapist profesional, menjabarkan tentang bagaimana perawatan terhadap mereka yang mengalami perilaku seksual kompulsif, atau yang sering disebut kecanduan seks ini.

1. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)

Pengobatan, termasuk terapi merupakan hal yang disarankan untuk mengatasi kecanduan seksual.

Jenis terapi psikologis CBT ini membantu mereka yang mengalami perilaku seksual kompulsif akan mendapatkan terapi dengan teknik serta peralatan yang membantu individu mengubah perilaku mereka.

Melansir The Journal of Treatment & Prevention, CBT dapat termasuk salah satu cara mengatasi kecanduan seksual yang membantu seseorang untuk mempelajari keterampilan baru untuk mengatasi masalah seksualnya. Dengan begitu, dorongan seksual yang tidak diinginkan pun akan berkurang.

2. Obat-obatan

Ada beberapa obat-obatan yang diresepkan oleh dokter, untuk membantu mereka yang mengalami perilaku seksual kompulsif mengatasi kecanduan seksual.

Ini mungkin termasuk anti-androgen, seperti medroxyprogesterone (Provera), serta selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), dan juga fluoxetine (Prozac).

Meski dokter mungkin saja meresepkan deretan obat di atas untuk membantu mengurangi dorongan seksual, tapi Food and Drug Administration (FDA) masih belum menentukan obat apa yang sebenarnya tepat untuk mengatasi kondisi ini. Karenanya, obat ini harus dikonsumsi dengan bijak agar tak terjadi kesalahan penggunaan.

3. Dukungan Keluarga dan Orang Sekitar

Hal ini sangat penting bagi mereka yang mengalami perilaku seksual kompulsif untuk mengatasi kecanduan seks.

Perilaku ini mungkin akan sulit dipahami dan ditoleransi oleh orang lain. Namun, dukungan yang kuat akan membantu mengurangi perilaku seksual yang tak diinginkan, dan dapat pula mendukung terciptanya hubungan seksual yang sehat.

Untuk mengatasi kecanduan seksual memang tidak bisa dilakukan oleh mereka yang mengalami perilaku seksual kompulsif itu sendiri. Ada banyak faktor dari luar yang juga dapat mendukung mengatasi kecanduan seksual ini.

Dapat juga melakukan beberapa langkah-langkah untuk merawat diri sendiri saat mendapatkan perawatan profesional, seperti:

  • Tetap pada rencana perawatan

Hadiri sesi terapi terjadwal dan minum obat sesuai petunjuk. Ingatlah bahwa ini adalah kerja keras, dan mungkin mengalami kemunduran sesekali.

  • Didiklah diri sendiri

Pelajari tentang perilaku seksual kompulsif sehingga dapat lebih memahami penyebab dan pengobatan.

  • Temukan apa yang menjadi penyebab

Identifikasi situasi, pikiran, dan perasaan yang dapat memicu dorongan seksual sehingga dapat mengambil langkah untuk mengelolanya.

  • Hindari perilaku berisiko

Tetapkan batasan untuk menghindari situasi risiko unik. Misalnya, jauhi klub tari telanjang, bar, atau area lain yang mungkin tergoda untuk mencari pasangan seksual baru.

  • Temukan aktivitas baru

Jika menggunakan perilaku seksual sebagai cara untuk mengatasi emosi negatif, jelajahi cara yang sehat untuk mengatasinya, seperti melalui olahraga dan kegiatan rekreasi.

  • Berlatih relaksasi dan manajemen stres

Cobalah teknik pengurangan stres seperti meditasi, yoga, atau tai chi.

  • Tetap fokus pada tujuan

Pemulihan dari perilaku seksual kompulsif dapat memakan waktu.

Tetap termotivasi dengan mengingat tujuan pemulihan dan mengingatkan diri sendiri bahwa dapat memperbaiki hubungan yang rusak, persahabatan, dan masalah keuangan.


Selasa, 19 April 2022

Nafsu Seks Siapa yang Lebih Besar? Pria atau Wanita?

 

Saat terjadinya hubungan seks antara pria dan wanita, pastinya ada salah satu yang mendominasi bagaimana dan seperti apa seks itu dilakukan. Berhubungan dengan itu, nafsu seks pria disebut lebih besar daripada nafsu wanita. Namun, apakah benar seperti itu, atau sebaliknya? Atau memang keduanya bisa saja memiliki nafsu seks yang sama besarnya?

Perbedaan nafsu seks pria dan wanita


Penelitian demi penelitian menunjukkan bahwa nafsu pria dalam berhubungan seks bukan hanya lebih besar dari wanita, tetapi juga jauh lebih mudah dibangkitkan.

Pada wanita, sumber nafsu seksnya masih sulit dan lebih kompleks untuk ditemukan. Maka tidak heran kalau banyak wanita yang agak susah terangsang dan orgasme dibandingkan dengan pria.

Coba perhatikan penjelasan di bawah ini mengenai sumber dan perbedaan munculnya birahi seks antara pria dan wanita.

1. Pria berpikir tentang seks jauh lebih sering dari wanita

Banyak anggapan yang menyebutkan bahwa pria lebih sering memikirkan seks daripada wanita. Namun, bukti ilmiah tentang hal itu belum terlalu banyak.

Penelitian yang diterbitkan dalam The Journal of Sex Research menunjukkan bahwa pria tak hanya lebih sering memikirkan seks daripada wanita, mereka juga lebih sering memikirkan tentang kebutuhan.

Kebutuhan yang dimaksud bukan hanya tentang seks, melainkan juga tentang makan dan tidur.

2. Pria lebih aktif secara seksual dibandingkan dengan wanita

Bicara tentang nafsu pria dan wanita, banyak yang beranggapan bahwa pria adalah juaranya. Ini juga terkait dengan anggapan bahwa pria lebih aktif secara seksual dibandingkan dengan wanita.

Nyatanya, bukan hanya laki-laki normal saja yang lebih aktif berhubungan seks, melainkan juga mereka yang homoseksual atau gay.

Jurnal berjudul Review of General Psychology memaparkan bahwa pria cenderung menganggap wajar hubungan seks secara bebas dibandingkan dengan wanita.

3. Pria cenderung tak bisa menahan hasrat seksual dibandingkan dengan wanita

Pria masa disebut cenderung lebih aktif melampiaskan seksnya dengan cara masturbasi. Ini mungkin karena pria cenderung tidak bisa menahan hasrat seksualnya.

Penelitian yang dipublikasikan di Archives of Pediatrics & Adolescent Medicine menyebutkan bahwa remaja laki-laki lebih sering melakukan masturbasi dibandingkan dengan remaja perempuan.

Studi tersebut juga memaparkan bahwa remaja laki-laki berusia 17 tahun lebih banyak yang melakukan masturbasi daripada mereka yang berusia 14 tahun.

4. Pria cenderung lebih tertarik dengan rangsangan visual

Ada berbagai faktor yang memengaruhi nafsu seks pria dan wanita. Salah satunya adalah soal hal-hal yang bisa membuat terangsang.

International Journal Of Impotence Research memaparkan sebuah hasil penelitian yang menguji perbedaan gairah pria dan wanita saat menonton film porno.

Hasilnya, pria lebih menyukai video yang menunjukkan hubungan seksual dan alat kelamin secara langsung. Sementara itu, wanita lebih menyukai video klip yang melibatkan emosi, yaitu jalan cerita yang konkret.

5. Nafsu seks wanita dipengaruhi oleh sosial dan budaya

Nafsu atau hasrat seks sangat dipengaruhi pada faktor-faktor, termasuk kesehatan fisik dan emosional, pengalaman, kepercayaan, hingga gaya hidup.

Namun, nafsu seksualitas wanita disebut lebih didominasi faktor sosial dan budaya di lingkungan sekitar mereka.

Contohnya, perempuan yang lebih sering pergi untuk beribadah, lebih tertutup soal nafsu seks yang dapat dikendalikan oleh mereka.

Selain itu, tentang keputusan seksnya, wanita lebih sering dipengaruhi oleh grup atau kelompok di mana ia berada, tergantung bagaimana isi dan gaya pergaulan mereka sendiri.

Kesimpulan


Hormon testosteron memiliki peranan besar dalam terciptanya nafsu atau dorongan seksual. Testosteron diketahui bekerja jauh lebih cepat pada pria dibandingkan dengan wanita.

Hal itu merupakan salah satu penyebab mengapa pria disebut-sebut memiliki nafsu seksual yang lebih tinggi daripada wanita.

Perlu diingat bahwa nafsu atau dorongan seksual berbeda-beda pada setiap orang. Hal itu pun bisa berubah sewaktu-waktu karena berbagai faktor, seperti:

  • stres,
  • obat-obatan,
  • kondisi fisik,
  • gaya hidup,
  • hingga kondisi mental.

Situs Planned Parenthood menyebutkan tidak ada batasan “normal” dalam membicarakan nafsu atau dorongan seksual.

Maksudnya, ada orang yang menyukai berhubungan intim setiap hari, sedangkan ada orang lain yang lebih menyukai berhubungan seksual satu kali dalam seminggu.

Jika Anda merasa mengalami gangguan terkait nafsu seksual, segera hubungi dokter atau terapis yang dapat membantu mengatasi masalah tersebut.


Senin, 18 April 2022

7 Dampak Buruk Terlalu Sering Berhubungan Intim, Awas Bahaya!

 

Aktivitas hubungan intim bersama pasangan memang selalu menyenangkan apalagi kalau kedua belah pihak sama-sama sedang bergairah. 

Saat gairah seksual muncul di atas ranjang, tak jarang berbagai posisi dicoba untuk mencapai puncak kenikmatan.


Perlu diketahui bahwa kehidupan seks memang diperlukan dan memberikan banyak manfaat positif untuk pasangan suami istri, termasuk secara kesehatan fisik dan mental. 


Terkadang gairah yang begitu membara membuat sebagian pasangan terlalu sering berhubungan intim, bahkan bisa rutin terjadi setiap hari. Padahal ada dampak buruk yang bisa muncul ketika terlalu sering berhubungan intim. 


Kira-kira apa saja dampak buruknya ya? 

1. Menjadi pemicu organ intim terluka


Organ intim bisa saja terluka ketika terlalu sering berhubungan seks bersama pasangan. 


Frekuensi yang sering atau dibisa dibilang setiap hari tanpa jeda istirahat dapat memicu luka pada bagian organ intim. Apalagi saat pasangan terlalu bergairah hingga bersikap kasar di atas ranjang. 


Perlu diketahui bahwa terlalu banyak gesekan yang terjadi selama berhubungan seks hanya akan membuat organ intim perih dan terluka. Ketika organ intim sudah mulai lecet, maka memicu ketidaknyaman selama sesi bercinta berlangsung. 


Sebelum ini terjadi, alangkah baiknya berdiskusi bersama pasangan agar tidak bermain kasar selama berhubungan. Lakukan posisi seks yang nyaman agar tidak memicu organ intim terluka. 


2. Kemampuan mencapai orgasme menjadi semakin menurun


Dilansir dari Boldsky, kemampuan mencapai orgasme menjadi semakin menurun ketika terlalu sering berhubungan intim. 


Frekuensi bercinta yang terlalu sering misalnya sebanyak 6-9 kali dalam seminggu dapat membuat gairah seks berkurang. Tubuh pun akan terasa loyo karena terlalu banyak mengeluarkan energi, sehingga tidak bisa mencapai orgasme terbaik selama bercinta. 


Padahal orgasme termasuk salah satu poin penting dalam kehidupan seks sebagai pasangan suami istri. 


3. Meningkatkan risiko terjadinya infeksi saluran kencing (ISK)


Bagi perempuan, infeksi saluran kencing (ISK) akan muncul akibat terlalu sering berhubungan seks. 


Hal ini dikarenakan ketika hubungan intim dilakukan setiap hari dapat meningkatkan risiko masuknya bakteri lebih banyak ke dalam saluran kemih. 


Jika kondisi tersebut diabadikan dan masih terus menjalani hubungan seks, maka infeksi saluran kencing akan semakin buruk dan memperlampat proses penyembuhannya.


4. Mudah kelelahan karena berhubungan intim bisa menguras tenaga


Segala sesuatu yang berlebihan akan memberikan efek buruk untuk tubuh, termasuk ketika berhubungan intim karena dapat memicu tubuh mudah merasa lelah.


Perlu diketahui bahwa melakukan hubungan intim sama halnya seperti olahraga. 


Selama melakukan aktivitas seksual, tubuh akan melepaskan hormon norepinefrin, epinefrin dan kortisol yang memicu denyut jantung semakin meningkat. Selain itu, akan terjadi pelepasan glukosa dalam darah. 


Hal inilah yang membuat seseorang merasa lelah setiap kali selesai melakukan hubungan seks. Ketika hubungan intim dilakukan terlalu sering, maka tenaga yang dikeluarkan juga akan semakin banyak. 


Terlalu sering berhubungan intim dapat menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan, sehingga memicu dehidrasi. Apalagi ketika sesi bercinta dijalani dengan waktu yang cukup lama serta mengeluarkan banyak keringat. 


Berhubungan seks berulang kali tanpa menjaga tubuh tetap terhidrasi hanya dapat berisiko buruk karena menyebabkan dehidrasi dalam waktu singkat. 


Bila dehidrasi tidak segera ditangani dengan baik, maka berisiko mengalami gangguan fungsi ginjal dan penyakit batu ginjal. Selain menyebabkan kerusakan otot, dehidrasi juga bisa menganggu sistem pencernaan. 


Demi mencukupi kebutuhan cairan tubuh, cobalah untuk langsung minum air putih setelah berhubungan intim. 


6. Menurunkan konsentrasi otak karena memicu ketagihan untuk berhubungan intim


Terlalu sering berhubungan intim dengan pasangan tidak hanya berpengaruh buruk terhadap kesehatan fisik saja, namun memengaruhi kesehatan mental seseorang. 


Tanpa disadari konsentrasi otak akan menurun akibat keseringan menjalani hubungan seks. Hal ini dikarenakan akan membuat seseorang semakin ketagihan dan bergairah untuk beradegan panas di atas ranjang. Bayangan akan serunya melakukan hubungan intim dengan berbagai posisi seolah selalu muncul di pikirannya. 


Intinya, hubungan intim yang dilakukan terlalu sering bisa memengaruhi kinerja otak dan sulit untuk berkonsentrasi. 


Kebutuhan seks pasangan suami istri memang harus dipenuhi dengan baik, namun jika sudah berlebihan akan berdampak buruk untuk kesehatan kedua belah pihak. 


Aktivitas seksual termasuk aktivitas fisik yang cukup menguras tenaga, sehingga jika terlalu sering dilakukan akan menyebabkan beberapa keluhan. Keluhan mulai dari otot tegang dan rasa nyeri akan muncul apalagi saat posisi seks yang digunakan tidak terlalu nyaman. 


Rasa nyeri pada bagian otot yang tidak diselesaikan dengan baik dapat memicu cedera saraf. Jika sudah ada di titik ini, sebaiknya berikan jeda untuk tidak melakukan hubungan intim terlebih dahulu bersama pasangan. 


Itulah beberapa risiko dampak buruk yang dapat terjadi ketika terlalu sering berhubungan intim. 


Demi kualitas kehidupan seks yang menyenangkan sebagai pasangan suami istri, alangkah baiknya frekuensi bercinta tetap perlu diperhatikan. 

Minggu, 17 April 2022

4 Posisi Seks Paling Berbahaya untuk Penis

 

Posisi seks paling berbahaya yang mungkin salah satunya kita ketahui adalah posisi woman on top. Posisi ini bertanggung jawab atas 50 persen kasus penis patah yang diderita selama berhubungan seksual, menurut para peneliti di Brasil. Para ilmuwan mengatakan ini mungkin karena wanita mengontrol penis dengan seluruh berat tubuhnya yang jatuh di atas penis, dan pria tidak dapat berkutik ketika penis menderita kesalahan penetrasi. Selain posisi woman on top, ada beberapa posisi seks paling berbahaya lainnya yang dapat menyebabkan cedera pada penis, seperti berikut ini. Bukan berarti posisi ini harus Anda hindari, namun lain kali berhati-hatilah saat melakukan posisi ini untuk meminimalisir kemungkinan penis cedera.

Posisi seks paling berbahaya bagi penis

1. Duduk di atas meja

Posisi seks ini dilakukan dengan wanita duduk di atas meja dan pria berdiri di depan wanita. Posisi ini dikatakan sebagai posisi seks paling berbahaya karena sebagian besar penis patah, dengan pecahnya tabung berisi darah di penis, disebabkan oleh seks yang sangat kuat, jelas Justin Lehmiller, Ph.D., seorang dosen mengenai seksualitas manusia dan psikologi di Harvard University.

Jika Anda sebagai pria melakukan hubungan seksual dengan pasangan Anda yang duduk di atas meja secara antusias, dan Anda mengalami kesalahan pada penetrasi, penis akan terluka. Anda dianggap beruntung jika bisa lolos dari kejadian tersebut, namun kebanyakan pria akan menabrakkan penisnya ke tulang keras pada vagina atau meja.

2. Seks di atas bola pilates

Mengapa posisi ini berbahaya? Bola pilates yang memantul-mantul dapat menambahkan beberapa goyangan pada penetrasi Anda, namun penis patah lebih sering terjadi di setiap posisi seks ketika penis keluar seluruhnya dari vagina dan kemudian masuk kembali. Karena bola tersebut menciptakan jumlah yang tidak biasa atas inersia tinggi dan rendah, terlalu banyak gerakan dapat menyebabkan penis Anda tergelincir keluar dari vagina.

Ketika pasangan Anda bergerak melambung ke atas ketika penis Anda keluar, maka pasangan Anda akan meniban penis dengan seluruh berat badannya. Selain itu, posisi seks di tangga dengan wanita di pangkuan Anda juga akan membuat Anda memiliki sedikit kontrol atas gerakan penetrasi, sehingga Anda akan lebih mudah untuk membuat penis Anda keluar dari vagina.

3. Woman on top dengan bersandar ke belakang

Posisi ini adalah posisi seks paling berbahaya yang sering dilakukan banyak orang. Posisi ini dilakukan dengan pria tidur telentang dengan wanita duduk di atasnya. Namun, banyak wanita yang memilih bersandar ke belakang daripada maju ke depan dengan meletakkan tangan di dada pria. Mengapa berisiko? Sama seperti siku atau lutut, penis ereksi Anda bisa meregang berlebihan (hiperekstrensi) jika terdapat banyak tekanan ke bawah pada penis, menurut sebuah studi dari University of California, San Francisco (UCSF).

Seiring waktu, hiperekstensi ini dapat menyebabkan penyakit Peyronie, yaitu penumpukan plak yang menyebabkan penis Anda menekuk ketika ereksi. Jika hal itu terjadi, maka Anda tidak akan mungkin bisa melakukan seks kembali. Ketika Anda merasa tertarik, atau bahkan terdengar retakan sendi di pangkal penis, berarti posisi Anda terlalu ekstrem. Lakukanlah dengan membuat wanita bersandar ke depan.

4. Berdiri

Posisi ini sama seperti posisi misionaris, namun dilakukan dengan berdiri. Pria memegang semua berat badan wanita, kemudian membawa badannya ke belakang. Lalu, untuk mempermudah penetrasi, maka pria meregangkan lutut. Mengapa berbahaya? Karena posisi seks akrobat apapun jauh lebih mungkin untuk menyebabkan nyeri punggung atau keseleo untuk sang pria. Belum lagi pria dapat jatuh jika pijakan tidak pasti, termasuk juga wanitanya.

Risiko memiliki penis patah ketika melakukan berbagai posisi di atas dapat terjadi, meskipun jarang. Namun, ketika pria mengalami penis patah, maka ia harus mendapatkan pertolongan medis sesegera mungkin. Posisi seks terbaik adalah posisi seks tradisional, seperti misionaris, di mana pria mengontrol seluruh kegiatan. Ketika pria mengendalikan penetrasi, maka ia memiliki kesempatan lebih baik untuk menghentikannya jika ia merasakan rasa sakit yang dapat membahayakan penis. Hal itu dapat meminimalisir bahaya kesehatan pada penis.