Blogroll

Kamis, 08 September 2022

Tren 'Sleepover Date' Disebut Normalisasi Seks Bebas


Jakarta - Media sosial kini diramaikan tren istilah 'sleepover date' yang diartikan sebagai aktivitas menginap bersama pacar. Istilah ini menuai banyak kritik lantaran dianggap membenarkan perilaku seks bebas. Psikolog menegaskan, normalisasi seks bebas berisiko memicu sederet efek fisik maupun psikis.


Menurut psikolog klinis dan founder pusat konsultasi Anastasia and Associate, Anastasia Sari Dewi, istilah 'sleepover date' berisiko mengaburkan kesan vulgar pada perilaku seks bebas. Ia khawatir semakin lumrah istilah tersebut digunakan, semakin perilaku seks bebas yang termuat dalam istilah tersebut dinormalisasi.


"Yang menjadi saya khawatir kalau dari sudut pandang psikologi, ini seolah-olah nanti istilah yang lebih mudah dikatakan. Semakin mudah dikatakan, menjadi normalisasi seolah-olah ini adalah hal yang normal, hal yang wajar, baik-baik saja," terangnya.


Baca juga: Terbaru Setelah FWB, Tren Berisiko 'Sleepover Date' Viral di Medsos!


"Padahal, untuk hal yang berisiko ini disayangkan sekali. Untuk hal-hal berisiko, yang sifatnya bisa merugikan baik secara fisik maupun mental, ini seharusnya jangan dinormalisasi," sambung Sari.


Apa Bahayanya?


Sari menjelaskan, perilaku seks bebas sebagaimana dikandung dalam 'sleepover date' bisa berdampak pada fisik dan psikis. Khususnya, pada anak-anak muda yang masih rentan terpengaruh oleh faktor sosial. Misalnya pada fisik, perilaku seks bebas berisiko memicu penyakit menular seksual, kehamilan dini, serta peningkatan aborsi.


"Risiko fisik itu pasti dampaknya besar sekali terhadap psikologi. Keberhargaan diri, kemudian risiko dia secara sosial, aktualisasi dirinya di hal-hal lain, itu menjadi fokusnya kurang karena terlalu asyik dengan hal-hal yang seperti ini. Jadi fisik dan psikologis tentu dampaknya besar," jelas Sari.


Baca juga: Tren 'Sleepover Date' Viral di Medsos, dr Boyke: Seks Bebas, Awas HIV!


"Apalagi kalau dia melakukannya hanya sekedar ingin ikut tren atau ada kecenderungan ingin mencoba-coba saja. Ingin nggak ketinggalan, ingin terlihat seolah-olah gaul atau lain sebagainya. Tapi dia mengesampingkan bahwa efeknya itu bisa jangka panjang. Ini yang tentu efek dari tren sleepover date yang akan disayangkan," lanjutnya.


Lebih lagi, perilaku seks bebas 'sleepover date' juga berisiko mengikis keberanian untuk berkomitmen dalam hubungan dan sikap jujur. Pasalnya jika 'sleeover date' menjadi kebiasaan yang lumrah, perilaku seks bebas akan ternormalisasi. Imbasnya, hubungan hanya mengacu pada aktivitas seks.


"Selain keberhargaan diri, keberanian untuk berkomitmen, kejujuran terhadap orang lain atau keluarga, ini semakin lama akan semakin terkikis dengan kebiasaan-kebiasaan seperti ini. Menghargai komitmen, keseriusan, dan lain-lain juga akan berkurang karena pemikirannya adalah hanya ke arah situ. Kalau kita ngomongin 'sleepover date' kan hanya sekedar seks. Jadi disayangkan," pungkas Sari.


Baca juga: Terbaru Setelah FWB, Tren Berisiko 'Sleepover Date' Viral di Medsos!


0 komentar:

Posting Komentar