Blogroll

Jumat, 09 September 2022

Apa Itu Fetish?


Ketika seseorang menyukai pasangannya memakai sepatu hak tinggi saat berhubungan seks, tidak berarti orang tersebut memiliki fetish terhadap sepatu hak tinggi. 


Dilansir dari WebMD, fetish adalah gairah seksual yang merespons objek atau bagian tubuh yang biasanya tidak bersifat seksual. 


Banyak orang dengan fetish harus memiliki objek ketertarikan mereka atau berfantasi akan objek tersebut untuk terangsang secara seksual, mendapatkan ereksi, dan mengalami orgasme. 


Seseorang dengan fetish mungkin melakukan masturbasi sambil memegang, mencium, atau membayangkan objek yang ia sukai. Mereka juga mungkin meminta pasangannya untuk memakai objek tersebut atau menggunakannya saat berhubungan seks. 


Sebuah penelitian mengatakan, fetish yang paling umum adalah fetish yang melibatkan bagian tubuh, seperti kaki, atau fitur tubuh, seperti obesitas, tindikan, atau tato. 


Baca juga: 7 Penyebab Munculnya Rasa Sakit Saat Berhubungan Seks 


Selain bagian tubuh, fetish pada pakaian, seperti stoking, rok, alas kaki, atau pakaian dalam, juga termasuk umum. 


Sebenarnya, fetish bukanlah gangguan atau penyimpan, jika dilihat berdasarkan definisinya. Namun, dalam tahap tertentu, fetish bisa menjadi gangguan. 


Dilansir dari Psychology Today, menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), gangguan fetish ditandai dengan kondisi ketika seseorang menggunakan atau ketergantungan yang terus-menerus dan berulang pada objek ketertarikannya. 


Tindakan seksual orang dengan gangguan fetish secara khas terfokus pada objek fetishnya. Orang dewasa yang tidak mengalami gangguan fetish dapat terangsang oleh bagian tubuh atau objek tertentu namun tidak terpaku pada objek tersebut. 


Dalam banyak kasus, orang dengan gangguan fetish hanya bisa terangsang secara seksual dan mencapai orgasme jika menggunakan objek fetishnya. 


Baca juga: Alasan Pendidikan Seks Bantu Indonesia Akhiri HIV/AIDS 2030 


Kriteria diagnostik untuk gangguan fetish, sebagaimana yang dikategorikan dalam DSM-5, meliputi: 

1. Untuk jangka waktu setidaknya enam bulan, orang tersebut memiliki fantasi, dorongan, dan merangsang dirinya secara seksual dengan melibatkan benda-benda mati atau bagian tubuh nongenital. 

2. Fantasi, dorongan seksual, atau perilaku yang melibatkan objek fetish menyebabkan penderitaan yang signifikan dan mengganggu. 

3. Objek fetish bukan barang pakaian yang biasa dipakai dalam cross-dressing dan tidak dirancang untuk stimulasi genital. 


Gangguan fetish ini lebih umum terjadi pada pria daripada wanita. Bahkan, DSM-5 menunjukkan bahwa gangguan fetish muncul hampir secara eksklusif pada pria.


Kamis, 08 September 2022

Tren 'Sleepover Date' Disebut Normalisasi Seks Bebas


Jakarta - Media sosial kini diramaikan tren istilah 'sleepover date' yang diartikan sebagai aktivitas menginap bersama pacar. Istilah ini menuai banyak kritik lantaran dianggap membenarkan perilaku seks bebas. Psikolog menegaskan, normalisasi seks bebas berisiko memicu sederet efek fisik maupun psikis.


Menurut psikolog klinis dan founder pusat konsultasi Anastasia and Associate, Anastasia Sari Dewi, istilah 'sleepover date' berisiko mengaburkan kesan vulgar pada perilaku seks bebas. Ia khawatir semakin lumrah istilah tersebut digunakan, semakin perilaku seks bebas yang termuat dalam istilah tersebut dinormalisasi.


"Yang menjadi saya khawatir kalau dari sudut pandang psikologi, ini seolah-olah nanti istilah yang lebih mudah dikatakan. Semakin mudah dikatakan, menjadi normalisasi seolah-olah ini adalah hal yang normal, hal yang wajar, baik-baik saja," terangnya.


Baca juga: Terbaru Setelah FWB, Tren Berisiko 'Sleepover Date' Viral di Medsos!


"Padahal, untuk hal yang berisiko ini disayangkan sekali. Untuk hal-hal berisiko, yang sifatnya bisa merugikan baik secara fisik maupun mental, ini seharusnya jangan dinormalisasi," sambung Sari.


Apa Bahayanya?


Sari menjelaskan, perilaku seks bebas sebagaimana dikandung dalam 'sleepover date' bisa berdampak pada fisik dan psikis. Khususnya, pada anak-anak muda yang masih rentan terpengaruh oleh faktor sosial. Misalnya pada fisik, perilaku seks bebas berisiko memicu penyakit menular seksual, kehamilan dini, serta peningkatan aborsi.


"Risiko fisik itu pasti dampaknya besar sekali terhadap psikologi. Keberhargaan diri, kemudian risiko dia secara sosial, aktualisasi dirinya di hal-hal lain, itu menjadi fokusnya kurang karena terlalu asyik dengan hal-hal yang seperti ini. Jadi fisik dan psikologis tentu dampaknya besar," jelas Sari.


Baca juga: Tren 'Sleepover Date' Viral di Medsos, dr Boyke: Seks Bebas, Awas HIV!


"Apalagi kalau dia melakukannya hanya sekedar ingin ikut tren atau ada kecenderungan ingin mencoba-coba saja. Ingin nggak ketinggalan, ingin terlihat seolah-olah gaul atau lain sebagainya. Tapi dia mengesampingkan bahwa efeknya itu bisa jangka panjang. Ini yang tentu efek dari tren sleepover date yang akan disayangkan," lanjutnya.


Lebih lagi, perilaku seks bebas 'sleepover date' juga berisiko mengikis keberanian untuk berkomitmen dalam hubungan dan sikap jujur. Pasalnya jika 'sleeover date' menjadi kebiasaan yang lumrah, perilaku seks bebas akan ternormalisasi. Imbasnya, hubungan hanya mengacu pada aktivitas seks.


"Selain keberhargaan diri, keberanian untuk berkomitmen, kejujuran terhadap orang lain atau keluarga, ini semakin lama akan semakin terkikis dengan kebiasaan-kebiasaan seperti ini. Menghargai komitmen, keseriusan, dan lain-lain juga akan berkurang karena pemikirannya adalah hanya ke arah situ. Kalau kita ngomongin 'sleepover date' kan hanya sekedar seks. Jadi disayangkan," pungkas Sari.


Baca juga: Terbaru Setelah FWB, Tren Berisiko 'Sleepover Date' Viral di Medsos!


Minggu, 04 September 2022

Testis Berat Sebelah? Bisa Jadi Varikokel, Begini Cara Penyembuhannya


Jakarta - Viral di TikTok kondisi varikokel yang disebut membuat bagian testis pria terasa berat sebelah. Hingga saat ini belum diketahui pasti penyebab dari kondisi varikokel pada pria.


Namun, dokter spesialis urologi sekaligus Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Akmal Taher menyatakan kondisi ini dapat disembuhkan. Ia menjelaskan pengidap kondisi varikokel bisa disembuhkan dengan operasi.


"Varikokel bisa mengganggu pertumbuhan sperma. Satu satunya treatment varikokel kan itu pembuluh darah balik yang melebar semacam varises tapi ini di testis, jadi bisa dengan operasi," ungkap Prof Akmal dihubungi detikcom, Minggu (4/9/2022).


Baca juga: Viral Curhat Testis Berat Sebelah Gegara Varikokel, Ini Kata Dokter


Prof Akmal menjelaskan dengan melakukan operasi, pengidap varikokel sekaligus dapat memperbaiki jumlah dan kualitas sperma. Namun, menurutnya pada beberapa orang, kondisi ini tidak menimbulkan gejala yang serius dan tidak mengganggu.


"Satu satunya dengan cara operasi itu diikat dan dipotong pembuluh darahnya. Biasanya di bawah mikroskop kita bisa melihat kemudian pembuluh darahnya diikat dan dipotong sehingga bisa kembali lancar," jelasnya.


"Namun kalau ada beberapa yang nggak masalah tidak ada keluhan ya dibiarkan. Tapi kalau takut risikonya ya diobati," sambungnya.


Hingga saat ini menurut Prof Akmal belum diketahui pasti penyebab kondisi varikokel. Beberapa kondisi seperti aktivitas fisik yang terlalu berat dapat membuat varikokel memburuk.


"Belum diketahui ya penyebab pastinya, ada yang bilang keturunan tapi belum terbukti, ada yang juga pada kondisi sangat jarang ya itu ada tumor di ginjal yang bisa membuat varikokel tapi ini sangat-sangat jarang. Kondisi sehari-hari penyebabnya belum diketahui," pungkasnya.


Baca juga: Profesor UI Sebut Virus COVID-19 Mulai Melemah, Ini Tandanya


Sabtu, 03 September 2022

Horor! Viral Wanita Curhat Mainan Seks Nyangkut di Pantat Sampai Harus Operasi


Jakarta - Seorang wanita mendadak viral usai menceritakan pengalaman horornya harus dioperasi karena mainan seks nyangkut di pantatnya. Sesi bercinta dengan pasangannya malah membuatnya berakhir di ruang operasi.


Caitlin Savage membagikan kisahnya di TikTok dan menunjukkan foto X-ray pemeriksaan yang memperlihatkan mainan seks masuk sangat jauh di anusnya.


"Hari terburuk sepanjang hidupku. Pelajaran hari ini: jangan letakkan barang-barang di tempat yang tidak seharusnya," tulisnya di video yang diunggah di TikTok dikutip dari DailyStar.


Baca juga: Kesaksian Mereka yang Mati Suri, Ini yang Dirasakan Saat Ajal Mendekat


Caitlin juga menceritakan saat itu ia nekat memasukkan mainan seks ke pantatnya untuk mendapat kenikmatan. Namun saat ingin dikeluarkan, mainan seks itu nyangkut selama beberapa jam. Panik, ia langsung mengunjungi rumah sakit terdekat.


"Saya harus pergi ke rumah sakit. Itu memalukan. Saya tidak pernah merasa lebih malu sepanjang hidup saya. Saya tidak bisa berbicara dengan dokter tentang hal itu," bebernya.


Ia merasa sangat malu karena dirinya juga seorang mahasiswa keperawatan yang seharusnya mengerti bahwa hal dilakukannya sangat berisiko. Beruntung mainan seks yang masuk ke pantatnya tak terlalu dalam sampai membuat organnya rusak.


Baca juga: Mantan Pekerja Seks di Bandung Buka-bukaan soal Gejala HIV, Beneran Mirip Flu?